7 Alasan Kenapa Para Orang Tua Perlu Cemas Tentang Fenomena "Generasi Swag"

2:22:00 PM

Di media sosial, sedang trending pembicaraan tentang vlogger bernama Karin Novilda, gadis 19 tahun yang baru lulus SMU. Tak sulit untuk mengungkap seperti apa kehidupan Karin. Cukup dengan membuka akun media sosialnya, @awkarin, kita akan tahu gaya hidup Karin dan teman-temannya itu.

Awkarin adalah selebgram, seleb Ask (Askfm), dan vlogger dengan subscriber mencapai hampir 150 ribu. Vlognya yang terbaru, Gaga’s Birthday Party & My Confession, bahkan sudah ditonton lebih dari 1,4 juta kali, sejak diunggah seminggu lalu (18 Juli).

Kenapa sih, Karin diomongin banget? Sekilas Karin adalah remaja biasa saja. Bedanya, ia dianggap cool oleh anak-anak seumurannya karena ia punya banyak teman, pacar ganteng dan kaya (oops, tapi katanya sudah putus), sudah bisa cari uang sendiri sejak usia 16 tahun. Selain itu, ia punya kehidupan yang bebas. Hal ini terlihat dengan gayanya yang tak sungkan memperlihatkan diri sedang merokok, minum alkohol, bertato, dan gemar berpesta di media sosial.

Kalau meminjam istilah grup rapper Young Lex, fenomena Awkarin adalah fenomena 'generasi swag' yang merebak sekarang. Apa pula itu swag? Secara etimologis, swag berarti barang curian. Akan tetapi, swag dalam istilah gaul diartikan sebagai keren.

Kata ‘swag’ ini beberapa tahun lalu kerap muncul dalam lirik lagu-lagu Justin Bieber. Arti ‘swag’ menurut Justin, kira-kira begini, “Swag adalah tentang menjadi diri sendiri. Kita tidak perlu terlalu berusaha untuk menjadi spesial, just be yourself.” Swag lalu seolah menjadi mantra baru di kalangan para abege.

Swagger juga berarti sosok yang menjadi dominan atau elite karena kelebihan yang dimilikinya. Seseorang menjadi swagger karena ia keren, punya rasa percaya diri yang tinggi, punya taste dalam hal fashion dan style, serta punya karisma yang membuatnya menjadi daya tarik dan punya ‘pengikut’.

Sosok seperti Kendall Jenner disebut-sebut sebagai swagger. Ia muncul di pagelaran adibusana Chanel, bolak balik muncul menjadi sampul dan halaman mode majalah Vogue, mendapatkan kontrak jutaan dolar dengan produk kosmetik Estée Lauder dan punya bisnis clothing line. Kendall, misalnya, punya lebih dari 62 juta follower di Instagramnya. Bahkan para model lain yang sudah bekerja jauh lebih keras dan lebih lama, tak bisa menyamai kesuksesannya. Begitu juga seperti sosok seperti Gigi Hadid dan Hailey Baldwin yang juga bisa disebut sebagai Swagger. Orang-orang dominan seperti mereka ini menarik banyak follower di media sosial mereka.

Sungguh, bukan Karin yang perlu kita cemaskan. Dia baik-baik saja (ya walaupun katanya sedih karena habis putus) dan karena ia gagal masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang ia impikan, hanya karena tidak punya waktu belajar demi bisa menemani pacar.

Kalau ditengok di Snapchatnya, dia gembira aja, tuh. Tetap bersenang-senang dengan teman-temannya, karaokean. Dan…penghasilannya naik terus! Semakin sering media memberitakannya, semakin kita omongin dramanya, semakin naik traffic Youtube-nya, maka semakin tinggi pula pendapatannya. Per hari ini saja, ia bisa mendapat pemasukan 1.200 dolar dari Youtube per bulan.

Para fans –yang notabene anak-anak dan remaja- yang mengidolakannya, itulah yang lebih perlu kita khawatirkan.

1. Gaya pacaran yang dianggap relationship goals.



Di Instagram dan Youtube, ia rajin mengumbar foto pacarannya. Di kamera, mereka adalah pasangan yang fotogenik. Itulah kenapa, di Askfm, tak sedikit para remaja yang mengaku relationship goals mereka adalah seperti Awkarin dan Gaga, yang mudah terlihat menarik di permukaan. Punya pacar yang ganteng dan kaya (karena Gaga mobilnya gonta-ganti di setiap vlognya Karin). Itu sudah cukup.

2. Pornografi terselubung.


Sebagai orang tua, segala upaya sudah dilakukan untuk membentengi anak dari konten pornografi di internet. Di antaranya, dengan memasang aplikasi Parental Control ataupun Safe Search, tapi kita lupa bahwa ada peer influencer di media sosial yang maha hebat. Jika melihat di kolom komentar di vlog yang diunggah Awkarin, terlihat sekali akun-akun yang komen di situ wajah-wajahnya masih begitu belia. Begitu juga di Askfm Karin.

Padahal, kalau melihat video yang diunggahnya, kurang pantas untuk ditonton anak di bawah 17 tahun. Karin dengan entengnya mengumbar kemesraan. Adegan ciuman yang lama, peluk-pelukan, mengenakan busana seksi, dan sumpah serapah di mana-mana. Adegan-adegan yang sudah pasti akan kena sensor jika tayang di televisi. Anehnya, gaya bicara kasar Karin ini malah dipuji-puji oleh fansnya, atau setidaknya disukai.

3. Kaya dan terkenal dengan cara instan menjadi tujuan.


Untuk sukses itu tak perlu belajar dan kerja keras (Di Snapchatnya, Karin tak pernah belajar). Senang-senang, main, sibuk pacaran, dapat uang banyak, jadi idola pula. Remaja mana yang tidak iri dengan hidup seperti ini. Sementara anak-anak seusia Karin (dan usia sekolah di bawahnya) mendapat tekanan dan tuntutan untuk belajar dan les ini itu.

Tak heran, di usia semuda itu, banyak remaja sekarang sudah berpikir keras, bagaimana caranya menjaring follower sebanyak-banyaknya dan bisa melejit menjadi selebgram, seleb Ask, atau seleb Snapchat.

Menjadi Youtuber atau vlogger menjadi profesi yang dianggap hot bagi remaja sekarang. Ini yang perlu menjadi Pe Er para orang tua. Bahwa kanal media sosial seperti Youtube memberi ruang luas untuk siapa saja berekspresi. Tapi tidak berarti tanpa batas.

4. Karakter sangat penting.


Bukan akademik atau kemandirian finansial yang seharusnya dijadikan kebanggaan bagi para orang tua, tapi anak yang penyayang, mandiri dan penuh tanggung jawab, karakter yang patut dibanggakan. Jangan cepat bangga kalau anak sudah pintar cari duit dan menghidupi dirinya sendiri.

5. You Play Drama You Get Karma


Ini adalah quote dari Karin sendiri. Dalam video Gaga’s Birthday Party & My Confession, Karin mengeluhkan pada komen-komen yang menyerangnya dan menyebutnya perusak moral bangsa. Komen-komen dan hujatan itu membuatnya sakit hati. “Di mana hati kalian?” tulisnya di Youtube-nya. Belum lagi, di Instagram, ada puluhan akun-akun pembenci Karin mengumbar aib-aib Karin, mulai dari screenshot chat pribadi, sampai foto-foto jadul Karin yang masih berbeda.

Karin heboh membongkar identitas asli admin-admin akun haters tersebut, yang ternyata adalah teman-temannya sendiri yang ia kenal baik. Terlepas dari musibah yang dialami Karin, di dunia maya ataupun di dunia nyata, hukum karma itu ada. Jika kita menunjukkan sikap atau tindakan yang mengundang kontroversi, memperlakukan teman sesuka hati, kelak kita akan menuai karma akibat perilaku-perilaku kita sendiri.

6. Over sharing di media sosial adalah bumerang.


Dari bangun tidur, sampai mau tidur lagi, hidup Karin ibarat reality show yang bisa kita tonton setiap saat, baik di Snapchat, Instagram, maupun vlognya. Kita harus sadar, apa pun yang ada di online, akan permanen berada di situ, selamanya tidak akan hilang. Belum lagi, kita harus siap jika dihujat oleh publik atas posting-an kita.

Ajari anak kita kesadaran menjaga privasi di media sosial. Mana hal-hal yang perlu diunggah, dan mana yang tidak. Sebab, efeknya bukan hanya cyber bullying yang siap menerkam, tapi juga masa depan yang dipertaruhkan.

7. Krisis idola di kalangan remaja.


Tak sedikit remaja belia yang berprestasi. Namun, sering kali nama mereka luput dari viral media sosial, sebab bukan ketenaran yang menjadi tujuan mereka.

Itulah generasi swag. Mereka punya definisi sendiri dan apa yang dianggap keren.

Dikutip dari femina.co.id

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Blog berisi tentang berbagai informasi menarik yang perlu kamu tahu,, Ayoo kita berbagi,,